SAMPIT, KBC- Bupati Kotim Halikinnur mengungkapkan diagendakannya ritual Mamapas Lewu setiap tahun oleh Pemkab Kotim diharapkan bisa menjadi sarana untuk melestarikan budaya Lokal yang dikhawatirkan menjadi langka jika dilupakan.
Hal itu ia ungkapkan saat pembukaan acara Ritual Mamapas Lewu Mampakanan Sahur yang berpusat di balai Basarang, Km.2,7 Jalan Sudirman Sampit, Jumat (29/12)
“Kegiatan ini telah kita agendakan secara tahunan melalui Dinas Pariwisata. Harapannya bisa melestarikan salah satu tradisi suku Dayak yang mulai langka dilihat,” katanya.
Ritual yang merupakan bentuk tatanan masyarakat Dayak selain menjadi tradisi turun temurun, juga diharapkan memberikan dampak positif lain jika dikembangkan pelaksanaannya, yaitu bisa menunjang dunia wisata di daerah ini.
Mamapas Lewu selain diyakini masyarakat Dayak sebagai upaya untuk membersihkan daerah dari unsur-unsur negatif seperti musibah dan pertikaian, juga memiliki sisi menarik dari prosesinya.
“Dengan keunikan inilah diharapkan mengundang wisatawan dari luar pada saatnya nanti yang menjadi sumber PAD tersendiri bagi daerah,” kata Halikin.
Ritual mamapas Lewu merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan selama beberapa hari, namun diawali dengan mengarak sejumlah sesajen dan simbol adat Dayak berkeliling kota, sekaligus menampung tawar kota sepanjang perjalanan. // (KBC/004)