KaltengBicara.com – Palangka Raya. Secara nasional deflasi menjadi gambaran umum atas 90 kota-kota pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang terjadi selama Oktober 2022.
Deflasi adalah penurunan harga-harga komoditas kebutuhan masyarakat baik berupa bahan pokok makanan maupun kebutuhan non makanan suatu daerah, relatif dibandingkan dari bulan sebelumnya.
Kalteng menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, dalam rilisnya Selasa (1/11), mengalami deflasi gabungan Palangka Raya dan Sampit sebesar 0,04 persen dengan IHK sebesar 115,18. Terdapat 61 kota di Indonesia yang mengalami deflasi dan 29 kota lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi Oktober 2022 terjadi di Manokwari sebesar 0,76 persen dengan IHK 114,84. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,48 persen dengan IHK 113,05.
Demikian antara lain Berita Resmi Statistik (BRS) yang disampaikan oleh Eko Marsoro, Kepala BPS Kalteng, dari ruang konferensi di kantornya, Jl. Pierre Tendean Palangka Raya, kemarin.
Deflasi gabungan Kalteng ini terjadi oleh turunnya indeks kelompok transportasi (0,55 persen), kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,24 persen), kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,08 persen), kelompok makanan, minuman dan tembakau (0,07 persen) dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,03 persen).
Komoditas yang menyumbang inflasi pada Oktober 2022 antara lain beras, kacang panjang, rokok kretek, daging ayam ras, kangkung, pisang, mie instan, bensin, ketimun, dan semangka.
Sedangkan komoditas penyumbang deflasi pada bulan yang sama adalah angkutan udara, bawang merah, minyak goreng, cabai rawit, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, telur ayam ras, emas perhiasan, tomat, cabai merah, dan telepon seluler.
Produksi Padi dan Beras Kalteng Januari-September 2022
Pada bagian lain, oleh Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro juga disampaikan angka produksi padi dan beras daerah ini.
Luas panen padi di daerah ini antara Januari-September 2022 sebesar 88,06 ribu hektare yang mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun 2021 sebesar 115,85 hektare atau turun sebesar 23,99 persen.
Pada sisa tahun, periode Oktober-Desember 2022 potensi luas panen padi diperkirakan 21,69 ribu hektare. Sehingga prediksi luas panen padi tahun 2022 adalah 109,76 ribu hektare yang mengalami penurunan jika dibanding tahun 2021 seluas 125,87 ribu hektare.
Sedangkan produksi padi antara Januari-September 2022 diperkirakan sebesar 282,76 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG) yang turun sekitar 65,56 ribu ton GKG (18,82 persen) dibanding dengan periode yang sama tahun 2021 sebesar 348,32 ribu ton GKG. Potensi sisa tahun Oktober-Desember 2022 terdapat produksi padi sebesar 71,10 ribu ton GKG. Dengan itu maka perkiraan produksi padi Kalteng tahun 2022 sebesar 353,86 ribu ton GKG yang turun jika dibandingkan dengan produksi 2021 sebesar 381,19 ribu ton GKG atau turun 7,17 persen.
Sedangkan konversi produksi padi ke beras untuk pangan penduduk, sepanjang Januari-September 2022 diperkirakan setara dengan 167,96 ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 38,94 ribu ton (18,82 persen) dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Sisa waktu Oktober-Desember 2022 diprediksi produksi beras mencapai 42,24 ribu ton sehingga total produksi 2022 diperkirakan 210,20 ribu ton yang turun dari produksi beras tahun 2021 sebesar total 226,43 ribu ton, penurunan sebesar 16,23 ribu ton (7,17 persen). Demikian disampaikan melalui konferensi pers. ///(cis).