KALTENGBICARA.COM – BUNTOK. Kegiatan pembinaan dan kunjungan UMKM oleh Klinik Bisnis melalui program Kelompok Hebat atau KH 26 itu berlanjut ke Kota Buntok, Kabupaten Barito Selatan setelah sebelumnya dilakukan di Tamiang Layang.
Kegiatan itu di laksanakan di Café & Resto Dapur Najwa dan berlangsung dengan santai namun penuh semangat, apalagi bersama dengan ibu-ibu tangguh penggiat UMKM Barito Selatan pada Rabu, (03/05).
Dalam pelaksanaannya melibatkan para pelaku UMKM yang berasal dari berbagai sektor, namun mayoritas kelompok UMKM di Barito Selatan yang hadir dalam kegiatan bergerak dalam olahan makanan basah maupun kering, serta kerajinan.
Kehadiran Klinik Bisnis disambut hangat oleh penggiat UMKM Barito Selatan. Dalam kesempatan tersebut mereka juga membawa berbagai produk masing-masing untuk diperlihatkan kepada tim Klinik Bisnis, bahkan beberapa kali dari mereka meminta masukan, kritik, dan saran untuk produk olahannya.
Muhammad Asary, koordinator Klinik Bisnis tentu tak tinggal diam ketika para penggiat UMKM meminta masukan untuk membantu berkembangnya usaha, termasuk UMKM Barito Selatan ini. Hal yang selalu Asary tekankan adalah bagaimana marketing dan branding yang dijalankan, apakah telah berada di jalur yang benar atau masih perlu diluruskan untuk mencapai target pasarnya.
“Yang harus diperhatikan adalah bagaimana marketing dan branding yang ibu-ibu jalankan, agar mencapai target pasarnya” jelasnya melalui keterangan tertulisnya kepada wartawan kalteng bicara.
Setelah menganalisa produk-produk UMKM Barito Selatan, Asary menyarankan untuk menerapkan strategi marketing yaitu memaikan ritel keuangan dengan harga ganjil. Selain itu dia juga packaging/ kemasan produk dibuat lebih bagus agar lebih menarik dan mempunyai nilai jual tinggi.
“Nah yang harus diperhatikan juga adalah packaging dan pengemasan produknya harus bagus dan menarik sehingga itu menambah nilai jual,” lanjutnya.
Produk UMKM Barito Selatan ini bagus-bagus loh. Tapi sayangnya strategi marketing harga masih belum main. Disini semua produk ditaruh dengan harga angka-angka genap, padahal kalua main harga ganjil pasti mampu mengecoh pembeli untuk memilih produk kita. Misalkan Rp.11.900 dibanding Rp.12.000, secara tidak sadar kebanyakan orang akan membeli produk dengan harga Rp.11.900 padahal sebenarnya sama saja hanya beda Rp.100 rupiah dan itu tidak akan membuat kita rugi.” Tegas Asary membongkar strategi ini untuk membantu marketing UMKM daerah.
“Selain itu saya sangat berharap produk-produk disini kedepan semakin inovatif dan kreatif, termasuk pembaharuan packaging produk lama dari yang sederhana menjadi lebih menarik lagi. Sehingga selain mampu mengangkat kearifan local daerah melalui produk UMKM, kita juga mampu menaikan harga jual produk di pasaran.” Pungkasnya menambahkan.
Terakhir Asary juga memberikan tips untuk penggiat UMKM menggunakan persepsi dalam membentuk brand, misalkan saja menciptakan kata-kata atau kalimat pamungkas. Sehingga orang lain akan mudah mengingat produk kita melalui persepsi yang kita buat. (Ita)