KALTENGBICARA.COM – KAPUAS. Food Estate di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, senilai ratusan miliar itu sudah pasti tidak mencapai target atau bahkan bisa dikatakan gagal. Padi tak bisa tumbuh dan perikanan pun tidak maksimal karena kondisi lahan dengan tingkat keasaman (pirit) yang tinggi.
Hal itu dapat dilihat saat Kalteng Bicara berkunjung ke bekas lokasi penetapan kawasan Food Estate di Desa Saka Binjai sektor A6 Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kamis (15/6) siang.
Hujan lebat terjadi saat berkunjung itu dan kawasan luas ratusan hektar itu dibasahi oleh hujan. Nampak banyak petak rencana ditanami padi teronggok kosong. Begitu pula di sekitar rumah-rumah transmigran di sana-sini sebagian besar kosong dan tiada aktifitas pertanian yang berarti.
Menurut Rafael salah seorang warga transmigrasi di situ sejak 2017 dari asal Nusa Tenggara Timur (NTT), diakuinya tidak ada tanaman yang dapat tumbuh optimal dengan kondisi keasaman tinggi itu. Bahkan saat itu, Rafael menyebut bahwa dari 59 kepala keluarga yang datang dari NTT, hanya ia saja yang tersisa tinggal di kawasan itu. “Yang lain tidak tahan, sudah menjual rumah trans-nya dan kembali ke daerah asal,” katanya.
Menarik mengetahui bahwa rumah-rumah mereka yang ditinggalkan itu ternyata sebagian besar dijual murah kepada pihak lain yang memerlukan perumahan bagi karyawan perusahaan. Menurut Rafael waktu dijual berada pada kisaran Rp8 juta hingga Rp10 juta. Setiap rumah ada lahan juga seperempat hektar.
Mengenai perikanan pun juga tak jauh berbeda dari padi. Jenis-jenis ikan patin dan ikan nila ternyata tidak tahan dengan tingkat keasaman air di wilayah itu. Menurut seorang warga lainnya, sebut saja Slamet, asal dari Jember Jawa Timur, mengatakan bahwa PPL yang dipekerjakan oleh Food Estate itu tidak memahami karakter kondisi keasaman lahan di situ. Sudah banyak usulan warga agar pembuatan kolam-kolam itu dibuat siring beton sehingga tidak terpengaruh pirit saat pengaruh surut. Tapi yang namanya proyek, kata Slamet, hanya asal jadi saja, tidak sabar maka tidak mencapai hasil.
Sudah terlanjur duit negara diinvestasikan ratusan miliar untuk membuka kawasan itu demi penciptaan kawasan penyangga pangan bagi Ibukota Baru di Kalimantan Timur, justru untuk menyangga pangan lokal warga saja ternyata tak bisa. Apes. //
(KBC/008).