WhatsApp Image 2024-11-19 at 18.26.50
WhatsApp Image 2024-11-19 at 18.02.38
WhatsApp Image 2024-11-19 at 18.26.50
WhatsApp Image 2024-11-19 at 18.02.38
WhatsApp Image 2024-11-03 at 10.25.36
WhatsApp Image 2024-11-01 at 18.28.09
previous arrow
next arrow

Pemuda Kristen Ini Dukung Gencatan Senjata Antara Israel dan Hamas Palestina

Keterangan : Ist / foto salah seorang pemuda kristen orasi di aksi damai bela palestina di kotim.

SAMPT, KBC – Pemuda Kristen mendukung penuh gencatan senjata yang dilakukan antara pemerintah Israel dan Hamas Palestina. Gencatan senjata harus dilakukan agar korban jiwa dari masyarakat sipil tidak semakin bertambah.

“Saling serang antara kedua pihak, baik militer Israel dan sayap militer Hamas, telah menimbulkan banyak korban jiwa, terkhusus perempuan dan anak. Kami berharap gencatan senjata yang dilakukan pada Jumat siang ini dapat berlangsung lama, dan dilanjutkan proses dialog untuk menyepakati solusi dua negara yang menjadi resolusi PBB,” ujar Andre.

WhatsApp Image 2024-11-19 at 18.02.38
WhatsApp Image 2024-11-19 at 18.26.50

Dia mengharapkan dan mendukung penuh dilaksanakannya solusi dua negara, serta mendesak PBB dan negara-negara dunia untuk dapat menjembatani dialog antara Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina demi tercapainya resolusi damai jangka panjang Israel-Palestina.

Diungkapkan Andre, sebagai bentuk solidaritasnya selama bertahun-tahun kerap berkunjung ke Kantor Kedubes Palestina untuk Indonesia dan juga mengundang Duta Besar Palestina dalam acara GAMKI, seperti Rakernas dan Perayaan Natal.

“Bagi GAMKI, persoalan konflik Palestina dan Israel tidak dilihat dari perspektif agama melainkan konflik wilayah yang harus dilihat dari sudut pandang kemanusiaan dan keadilan. Kita tahu bahwa di Palestina tidak hanya ada umat Muslim, melainkan juga Yahudi dan Kristen. Begitu juga di negara Israel, warganya tidak hanya memeluk agama Yahudi, tapi juga banyak yang beragama Islam dan Kristen,” lanjutnya.

Menurutnya, konflik antara Israel dan Palestina yang terjadi saat ini di Timur Tengah justru dijadikan komoditi politik oleh oknum dan kelompok tertentu di Indonesia.

“Kami melihat ada oknum dan kelompok tertentu di Indonesia yang menjadikan konflik Israel-Palestina sebagai komoditi politik. Mereka membuat framing di media sosial bahwa konflik Palestina adalah konflik agama, menuduh orang Indonesia yang tidak membela Palestina sebagai pengkhianat, bahkan membuat beberapa sebutan seperti zionis nusantara, yahudi pesek, pendukung Israel berasal dari bani bipang, dan lainnya,” ujar Andre.

Andre menyayangkan adanya oknum dan kelompok tertentu di Indonesia yang memakai konflik Israel-Palestina untuk memprovokasi dan memecah-belah masyarakat.

“Kami mengharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih bijak melihat persoalan Israel-Palestina. Jangan mudah dipengaruhi provokasi dan propaganda yang dilakukan oknum ataupun kelompok tertentu yang sengaja ingin memecah-belah dan membenturkan masyarakat kita. Bahkan sampai ada siswi yang dipecat dari sekolahnya karena dinilai menghina Palestina lewat media sosial, ini kan sanksi yang berlebihan,” kata Andre.

“Persoalan Palestina adalah tentang kemanusiaan dan keadilan. Buktinya, banyak warga Kristen dan Yahudi Palestina yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Palestina bersama dengan warga Islam Palestina. Jadi, mari kita rakyat Indonesia bersatu, tidak tepat mengidentikkan persoalan Palestina sebagai persoalan agama tertentu saja,” lanjut Andre

Dia mengambil judul Fruit of Palestina Indonesia mengambil semangka sebagai simbol wujud nyata perdamaian karena kulit hijau semangka, ada warna putih, merah isinya semangka, dan bijinya hitam untuk mewakili bendera yang tidak bisa dikibarkan. Saya sebagai orang Kristen bukan membawa simbol keagamaan melainkan kemanusiaan atas terjadinya kematian ribuan orang meninggal di Palestina sekarang jangan jadi orang netral dan hanya diam serta bungkam nyatakan suara untuk Palestina Free Palestina free Palestine Free Palestina.

Sementara itu, Sahat, pemuda Kristen lainnya memandang jika persoalan Yerusalem dari sudut pandang agama saja, hanya akanmembuat masyarakat Indonesia menjadi tersekat-sekat dan memperdalam jurang perbedaan.

“Kalau kita hanya membela berdasarkan perspektif agama, setiap agama akan punya ego masing-masing. Baik agama Yahudi, Kristen, ataupun Islam sama-sama merasa memiliki tanah Israel-Palestina dengan sejarah kitab suci masing-masing,” kata Sahat yang pernah menghadiri pertemuan internasional mahasiswa Kristen sedunia di Kairo, Mesir pada tahun 2017 untuk membahas persoalan konflik Israel-Palestina. //

(KBC/006)

banner 325x300
pesona haka kalibata
error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights